Dahulu kala, di tanah Jawa yang subur, hiduplah dua orang pendekar sakti mandraguna bernama Raden Sindoro dan Raden Sumbing. Keduanya adalah sahabat karib yang memiliki kesaktian luar biasa dan disegani oleh banyak orang. Mereka berdua sama-sama tampan, gagah berani, dan memiliki ilmu kanuragan tingkat tinggi.
Suatu hari, mereka berdua jatuh hati pada seorang putri cantik jelita bernama Dewi Sumirah. Dewi Sumirah adalah putri dari seorang raja yang bijaksana dan berkuasa di wilayah tersebut. Kecantikan Dewi Sumirah yang mempesona membuat Raden Sindoro dan Raden Sumbing berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya.
Dewi Sumirah yang bingung memilih di antara kedua sahabat itu, akhirnya memberikan sebuah syarat. Ia berkata, "Barang siapa yang bisa membangun sebuah candi megah dalam satu malam, dialah yang akan menjadi suamiku."
Raden Sindoro dan Raden Sumbing menyanggupi syarat tersebut. Mereka berdua segera mengerahkan seluruh kesaktian dan kemampuan untuk membangun candi yang diminta oleh Dewi Sumirah.
Raden Sindoro dengan kesaktiannya memindahkan batu-batu besar dari berbagai tempat. Ia bekerja keras tanpa kenal lelah. Demikian pula dengan Raden Sumbing, ia membangun fondasi candi dengan sangat cepat dan kokoh.
Namun, di tengah malam, ketika pembangunan candi hampir selesai, Dewi Sumirah merasa iba melihat kedua pendekar itu bekerja keras. Ia tidak ingin persahabatan mereka rusak hanya karena dirinya. Dengan akal cerdiknya, Dewi Sumirah meminta para penduduk desa untuk menumbuk padi (menabuh lesung) lebih awal dari biasanya.
Suara tumbukan padi yang nyaring terdengar hingga ke telinga Raden Sindoro dan Raden Sumbing. Mereka berdua mengira bahwa fajar telah tiba dan hari sudah mulai pagi. Mereka merasa gagal memenuhi syarat Dewi Sumirah.
Karena merasa gagal, Raden Sindoro dan Raden Sumbing sangat kecewa dan marah. Dalam kemarahan dan kesedihan, mereka berdua menancapkan pusaka mereka masing-masing ke tanah. Anehnya, pusaka tersebut kemudian berubah menjadi dua buah gunung yang menjulang tinggi.
Pusaka Raden Sindoro berubah menjadi Gunung Sindoro, sedangkan pusaka Raden Sumbing berubah menjadi Gunung Sumbing. Menurut cerita, bentuk Gunung Sindoro yang lebih "mulus" atau rapi melambangkan bahwa Raden Sindoro bekerja lebih keras dan hampir menyelesaikan candi. Sementara bentuk Gunung Sumbing yang lebih "sumbing" atau tidak rata melambangkan bahwa Raden Sumbing tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya.
Dewi Sumirah akhirnya menyesali perbuatannya yang menyebabkan dua sahabat itu berubah menjadi gunung. Ia kemudian memilih untuk mengasingkan diri dan menjaga kedua gunung tersebut.
Cerita rakyat ini adalah bagian dari budaya lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun mungkin berbeda dalam detailnya, inti ceritanya tetap sama, yaitu mengenai asal usul Gunung Sindoro dan Sumbing serta kisah cinta segitiga yang tragis. Di Desa Candimulyo, Wonosobo, cerita ini masih sering diceritakan dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.
PLATFORM
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.