Siang itu, puncak Gunung Pring, Muntilan, seperti biasa padat merayap. Ribuan peziarah tumpah ruah mengirim doa di makam Raden Santri dan Simbah K.H. Dalhar. Atmosfer magis dan kekhusyukan melingkupi setiap sudut perbukitan tersebut. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian di balik rutinitas sakral ini. 

Setelah rampung ziarah di makam utama, rombongan melipir ke mushola kecil di sisi timur. Jaraknya paling cuma 25-an meter dari makam utama. Selesai sholat, kita membaca sebuah pamflet yang tertempel di dinding. Tulisannya begitu mencolok, seolah berteriak dengan huruf kapital yang tegas:

Bayangkan. Jarak cuma 25 meter dari episentrum spiritual, peringatan itu terpampang nyata. Mungkin karena terlalu sering terjadi insiden, sehingga pengelola makam merasa perlu memasang peringatan se-intens ini.

Kita jadi ingat guyonan legendaris Almarhum KH. Zainuddin MZ. Beliau pernah bilang: "Zaman lagi susah, ada saja yang ngaku nabi. Ini yang ngaku nabi namanya TUGIMIN di perbatasan Jawa Tengah dan Jabar." Coba bayangkan kalau pengikutnya sholawatan: "Sholatullah salamullah... Ala Yasin... Ya Tugimin??"

Faktanya, walau namanya terdengar aneh, pengikutnya tetap membludak. Masih ingat Ponari? Dukun cilik dari Jombang yang dulu viral. Ribuan orang rela antre desak-desakan, berpeluh keringat, hanya demi meminum air celupan "batu petir" miliknya. Logika seolah lumpuh di hadapan harapan-harapan instan.

Ada perbedaan tipis namun fatal antara dunia hiburan dan penipuan. Di dunia sulap, mereka jujur mengatakan "Ini Trik Sulap". Kita membayar tiket untuk dibohongi demi kesenangan. Tapi di dunia dukun? Trik murahan yang sama dipasarkan sebagai "Kesaktian". Yang satu menghibur, yang satu menindas harga diri dan logika.

Kita sering tertawa, "Hahaha, kok ada ya orang yang semudah itu dibohongi?" Tapi jangan sombong dulu. Faktanya, korban mereka bukan hanya warga pelosok yang polos. Banyak korbannya adalah masyarakat urban, orang kaya, bahkan intelektual bergelar Doktor S3 lulusan luar negeri.

Di sinilah letak kengeriannya. Penipuan klenik itu adalah predator yang demokratis. Ia tidak peduli apa ijazahmu. Mau Anda lulusan SD atau S3, mau Anda mencari surga atau sekadar mencari materi, jika Anda kehilangan nalar kritis, Anda adalah mangsa empuk berikutnya.

Buku ini lahir dari pamflet di mushola itu dan serangkaian pengalaman empiris pribadi lainnya. Salah satunya saat saya mengobrol santai dengan seseorang yang mengaku sakti. Saya iseng mengetesnya dengan mengarang cerita mimpi bertemu seorang "Pepunden". Anehnya, dia malah memberikan tafsir mimpi dengan gaya sok sakti, lengkap dengan gerakan tangan seolah sedang berdiskusi serius dengan sosok fiktif dalam mimpi karangan saya tersebut.

Saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Orang ini sedang saya uji, namun justru "ilmu mengarang"-nya yang terpampang nyata. Lha wong saya tidak bermimpi apa-apa, kok dia bisa mengklaim sedang berkomunikasi dengan tokoh di mimpi saya?

Lewat buku ini, saya ingin mengajak Anda untuk sejenak "jalan-jalan" membedah nalar kita yang sering mengalami korslet. Selamat datang di Republik Klenik. Mari kita nyalakan lampu logika bersama, agar kita tidak tersesat di jalan yang katanya lurus, namun ternyata berujung pada jurang pembodohan.

PLATFORM MEDIA & TV DESA

Pusat Integrasi Data, Layanan Digital, & Dokumentasi Visual Candimulyo

Transparansi Informasi Publik

Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program.

Laporan Kinerja Digital (28 Hari Terakhir)

Kanal TV Desa: Dokumentasi & Arsip

© 2025 Pemerintah Desa Candimulyo. Informasi Publik Terintegrasi.