Asal Usul Nama Desa Candimulyo Berdasarkan Etimologi dan Terminologi
Desa Candimulyo adalah sebuah nama desa yang terletak di kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Berada di lereng selatan Gunung Sindoro atau tepatnya diapit dua gunung yaitu Gunung Sindoro yang terletak disebelah utara dan Gunung Sumbing yang terletak di sebalah timur
Berdasarkan etimologi (studi dan penyelidikan tentang asal usul kata) nama Candimulyo berasal dari bahasa jawa, yang terdiri dari kata “Candi” dan kata “Mulyo”. Candi merupakan istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha abad ke-5 di pulau jawa yang disebarkan oleh pangeran Khasmir (bernama Gunadharma). Pada umumnya Candi digunakan sebagai tempat ritual ibadah, pemujaan dewa-dewi, penghormatan leluhur, atau memuliakan Sang Buddha.
Secara bahasa Istilah "Candi" berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian. Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah Shakti Siwa (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Kumara (Kartikeya) Ashokasundari, Dewa Kala dan Dewa Ganesa yang mengambil perwujudan manusia berkepala gajah sebagai dewa pelindung, dewa penolak bala atau bencana,
Dalam mitologi Hindu, Dewi Durga dikenal sebagai dewi perang yang kuat dan melambangkan kekuatan perempuan. Ia dipercaya diciptakan oleh para dewa, seperti Brahma, Wisnu, dan Siwa. Dewi Durga juga digambarkan sebagai sosok yang mempesona, sering kali menunggangi seekor singa atau harimau, dan memiliki banyak tangan yang memegang berbagai senjata yang diberikan oleh para dewa.
Dewi Durga dalam bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dalam suatu kebudayaan dipercaya diciptkan untuk melawan Mahishasura, seorang raksasa yang mengancam para dewa. Mahishasura dikenal karena kecenderungannya untuk menipu dan kemampuannya untuk berubah wujud demi melakukan perbuatan jahat. Mahishasura adalah musuh dari para dewa dan memiliki kekuatan yang kuat. Dia akhirnya dibunuh oleh Dewi Durga dalam bentuk Mahishasuramardini. Pertempuran antara Mahishasura sebagai kejahatan dan Durga sebagai kebaikan merupakan legenda penting dalam mitologi Hindu, terutama dalam aliran Shaktisme. Cerita ini dijelaskan dalam berbagai kuil, monumen, dan teks Hindu di Asia Selatan dan Tenggara yang pada umumnya digambarkan dalam bentuk relief.
Relief adalah metode pahatan atau gambar tiga dimensi. Dalam seni rupa, relief ini berupa pahatan yang menonjol dari bidang datar atau pahatan yang cekung atau tenggelam ke dalam bidang datar, biasanya terdapat pada dinding bangunan yang menggambarkan cerita, adegan, atau hiasan belaka.
Dalam konteks budaya Indonesia, Dewi Durga memiliki pengaruh yang signifikan. Banyak patung Dewi Durga yang ditemukan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, yang berasal dari abad ke-4 hingga ke-12. Dewi Durga juga sering digambarkan dalam seni pertunjukan seperti wayang di pulau Jawa dan pulau Bali.
Artikel sedang diketik....