Oleh: Kelompok Kerja (Pokja) Kampung Keluarga Berkualitas Abhinaya Desa Candimulyo Desa Candimulyo Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo
Sahabat Keluarga di Desa Candimulyo yang kami banggakan,
Siapa di sini yang tidak kenal dengan istilah 'stunting'? Ya, masalah gizi kronis yang menghambat pertumbuhan anak hingga tingginya tidak sesuai usia. Ini bukan cuma soal fisik, lho, tapi juga bisa memengaruhi perkembangan otak dan masa depan mereka. Dan tahukah Anda, salah satu "jantung" dari upaya pencegahan stunting adalah data yang akurat?
Nah, di desa kita tercinta, kita semua, dari Ibu-ibu kader, Bapak-bapak pegiat Posyandu, hingga kita semua sebagai orang tua, pasti sering terlibat dalam pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (TT) anak-anak kita. Ini pekerjaan mulia, karena dari data inilah kita bisa tahu apakah anak-anak kita tumbuh kembang dengan baik atau butuh perhatian lebih.
Tapi, pernahkah terpikir, "Apakah pengukuran yang kita lakukan sudah benar-benar akurat?" Terkadang, karena buru-buru, kurangnya informasi, atau faktor lain, ada saja kesalahan-kesalahan kecil yang tanpa sadar kita lakukan. Padahal, satu sentimeter atau satu ons saja bisa mengubah diagnosis dan arah intervensi!
Yuk, kita bedah bersama-sama, kesalahan-kesalahan apa saja sih yang sering terjadi saat mengukur tinggi dan berat badan, dan bagaimana cara memperbaikinya. Dengan begitu, data yang kita kumpul bisa benar-benar jadi cerminan kondisi anak-anak kita.
Bagian I: Mengintip Kesalahan dalam Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan ini krusial untuk mendeteksi stunting. Coba bayangkan, kalau tingginya kurang akurat, bisa-bisa anak yang sebenarnya stunting jadi terlewat, atau sebaliknya.
Postur Tubuh yang Kurang Tepat: Si ‘Bungkuk’ dan Si ‘Dongak’
Kesalahan Umum: Anak diminta berdiri, tapi posisi kepalanya mendongak, menunduk, atau badannya membungkuk. Kaki juga sering tidak rapat.
Dampak: Hasilnya bisa lebih pendek dari tinggi aslinya.
Yang Benar: Pastikan anak berdiri tegak sempurna menghadap ke depan. Tumit, pantat, dan bahu menempel rata ke dinding atau alat ukur (microtoise). Kepala harus dalam posisi 'Frankfurt Plane', yaitu garis imajiner dari lubang telinga ke sudut mata lurus sejajar dengan lantai. Pandangan mata lurus ke depan.
Posisi Alat Ukur yang Kurang Ideal: Si ‘Goyang’ dan Si ‘Miring’
Kesalahan Umum: Alat ukur (microtoise) tidak menempel rata ke dinding, atau dipasang di permukaan yang tidak rata/bergelombang.
Dampak: Ada celah antara punggung anak dan alat ukur, menyebabkan hasil kurang tepat.
Yang Benar: Tempelkan microtoise dengan kuat dan rata pada dinding yang tegak lurus dan permukaan lantai yang rata serta kokoh. Pastikan tidak ada celah.
Teknik Membaca Skala: Mata yang ‘Melayang’
Kesalahan Umum: Saat membaca angka di microtoise, mata si pengukur tidak sejajar dengan garis skala. Kadang terlalu tinggi, kadang terlalu rendah.
Dampak: Terjadi kesalahan paralaks, membuat angka terbaca lebih tinggi atau lebih rendah.
Yang Benar: Pastikan posisi mata si pengukur sejajar dengan garis skala saat membaca hasil. Jangan lupa, alat penekan kepala harus ditekan pelan hingga menyentuh kepala anak, tidak terangkat.
Bagian II: Menyingkap Kekeliruan dalam Pengukuran Berat Badan (TT)
Berat badan adalah indikator penting untuk memantau pertumbuhan dan mendeteksi gizi kurang atau gizi lebih. Sama pentingnya dengan tinggi badan, akurasi di sini juga kunci!
Melupakan Barang Bawaan: Si ‘Jaket Tebal’ dan Si ‘Mainan’
Kesalahan Umum: Anak ditimbang masih mengenakan jaket tebal, sepatu, topi, atau bahkan kantong celana penuh mainan/permen. Popok yang penuh juga sering terlewat.
Dampak: Berat yang terukur akan lebih berat dari berat badan asli anak.
Yang Benar: Minta anak untuk melepaskan jaket, sepatu, topi, dan mengosongkan saku bajunya. Jika memungkinkan dan tidak mengganggu kenyamanan anak/orang tua, pakaikan pakaian sesedikit mungkin (misal: hanya baju tipis). Pastikan popok tidak terlalu penuh.
Anak Tidak Tenang di Timbangan: Si ‘Goyang-Goyang’ dan Si ‘Meloncat’
Kesalahan Umum: Anak gelisah, bergerak-gerak, atau bahkan meloncat di atas timbangan.
Dampak: Jarum timbangan analog akan bergetar atau angka digital tidak stabil, sulit menentukan angka pasti.
Yang Benar: Bujuk anak agar berdiri tenang di tengah timbangan. Jika memakai timbangan bayi (untuk usia di bawah 2 tahun), pastikan bayi diam di tengah wadah. Tunggu hingga jarum stabil atau angka digital tidak berubah selama beberapa detik.
Kalibrasi Alat yang Terlupakan: Si ‘Nol yang Terlalu Banyak/Kurang’
Kesalahan Umum: Timbangan (terutama timbangan injak analog) tidak dikalibrasi ke angka nol sebelum digunakan. Kadang ada di minus atau plus sedikit.
Dampak: Semua hasil pengukuran akan bias (lebih rendah atau lebih tinggi dari seharusnya).
Yang Benar: Sebelum setiap pengukuran, pastikan jarum timbangan analog berada tepat di angka nol. Jika digital, pastikan layarnya menunjukkan "0.0 kg". Ini penting agar berat yang terukur adalah berat murni anak, bukan berat tambahan atau pengurangan dari kesalahan alat. Pastikan juga timbangan diletakkan di permukaan yang datar dan keras.
Sahabat Keluarga, Mungkin terlihat sepele, tapi detail-detail kecil ini adalah kunci keberhasilan program pencegahan stunting di desa kita. Dengan data yang akurat, Pokja Kampung Keluarga Berkualitas Abhinaya dan seluruh pihak terkait bisa mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak kita.
Jadi, mulai sekarang, mari kita perhatikan lagi teknik pengukuran ini. Jangan ragu bertanya kepada para kader atau petugas kesehatan jika ada yang belum jelas. Latihan terus menerus juga akan membuat kita semakin terampil.
Masa depan gemilang anak-anak kita dimulai dari pengukuran yang akurat hari ini. Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian, mari kita wujudkan Desa Candimulyo bebas stunting!
Salam Sehat, Salam Keluarga Berkualitas!
PLATFORM
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.